Senja di Pantai Glayem Indramayu, Satutenda.com – Hari kedua solo touring Jakarta – Kuningan ini mau saya isi dengan mengunjungi berbagai tempat wisata yang bisa saya jangkau di sepanjang perjalanan pulang dari Kuningan ke Jakarta.
Karena tadi malam saya menginap di kaki gunung Ciremai, jadi saya mau eksplor tempat-tempat wisata di sekitar kaki gunung Ciremai.
Dari hasil googling, saya punya beberapa list destinasi wisata yang bisa saya sambangi di Palutungan, Cisantana. Sebut saja Curug Landung, Air Terjun Putri Palutungan, Sukageuri View, Hutan Pinus, Rumah atau Pondok Pinus Palutungan dan lain-lain.
Curug Landung atau Curug Putri Palutungan?
Pagi itu, setelah semua peralatan siap, saya memacu motor soul GT menanjak ke Palutungan. Waktu menunjukan sekitar pukul 10.00 WIB, tapi udara terasa segar, belum terlalu panas. Di tepian jalan, para petani sudah beraktivitas di kebun mereka ketika saya melintas.
Awalnya, saya berniat untuk langsung ke Air Terjun atau Curug Putri Palutungan. Tapi akhirnya saya mengubah arah ke Air Terjun Landung. Pasalnya, hari sudah semakin siang dan saya masih harus menempuh perjalanan pulang ke Jakarta.
Dalam perjalanan menuju Curug Landung, saya melewati pintu masuk Sukageuri View dan pos SIMAKSI gunung Ciremai untuk jalur pendakian via Palutungan.
Sementara hutan pinus dan Pondok Pinus Palutungan sangat berdekatan dengan Curug Landung. Kalau mau ke Gurug Putri Palutungan, kita harus lanjut beberapa meter lagi dari pintu masuk Curug Landung.
Di pintu masuk Air Terjun Landung, saya membayar tiket masuk Rp.10.000 dan parkir motor Rp.5000.
Perkiraan awal, destinasi wisata di Palutungan yang satu ini pasti sepi karena saya datang di hari kerja. Ternyata salah. Tetap saja ada banyak pengunjung, kebanyakan adalah ibu-ibu dan anak-anak.
Kalian sudah bisa membayangkan ramainya kayak apa kan? Untuk motret susah, harus rebutan spot. Belum lagi sudah dapat spot foto yang bagus, eh si kecil tiba-tiba melintas di belakang sana.
Lain lagi dengan ibu-ibu. Daripada mengantri, main nyosor aja rebutan tempat foto. Yang penting keinginannya terpenuhi, tak peduli dengan orang lain.
Jadi, ya sudahlah. Saya cuman mengambil beberapa gambar lalu kembali melanjutkan perjalanan. Oh ya, rata-rata harga tiket masuk destinasi wisata di kaki gunung Ciremai sama, berkisar antara Rp.10.000 sampai Rp.20.000 per orang.
Menikmati senja di Pantai Glayem
Bertolak dari kaki gunung Ciremai, saya langsung tancap gas menuju Cirebon. Sepanjang perjalanan saya mulai googling lagi mana tempat wisata yang sejalur, yang bisa saya singgahi. Pastinya saya memilih jalur paling pinggir agar bisa melewati tepi pantai.
Akhirnya saya nemu beberapa destinasi wisata pantai di daerah Indramayu. Ada Pantai Tirtamaya, Pantai Glayem, Pantai Karang Song, Pantai Balongan Indah. Pokoknya masih banyak destinasi wisata pantai sepanjang jalur ini.
Saya pun menjatuhkan pilihan ke Pantai Glayem. Akses ke pantai Glayem dari jalan utama sangat mudah. Sudah ada papan petunjuk di pinggir jalan raya. Jadi kalian yang mau mampir tinggal milih, mau ke pantai yang mana.
Rata-rata harga tiket masuk destinasi wisata pantai di Indramayu ini sekitar Rp. 5.000 sampai Rp.10.000. Masih sangat terjangkau. Toh kalian bayar segitu bisa menikmati view yang sangat-sangat indah. Apalagi di sore hari.
Saya tiba di Pantai Glayem sekitar jam empat, dan teman-teman bisa lihat betapa indah bisa menikmati senja di pantai ini.
Tapi tentu saja saya tidak bisa berlama-lama karena harus melanjutkan perjalanan.
Malam di Pamanukan
Rencana semula, solo touring Jakarta – Kuningan hari ini ingin saya akhiri dengan camping di tepi pantai. Tapi setelah melihat keadaan sekitar, ternyata tidak memungkinkan. Saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Subang.
Miris! Praktik Calo SIMAKSI Gunung Gede – Pangrango Masih Terjadi Meski Sudah Ada Aturan Online
Saya sempat mampir ke Pantai Karang Song untuk benar-benar melepas pergi matahari di hari itu, menyaksikan sinar matahari terakhir untuk hari itu.
Tatkala azan magrib berkumandang, saya memacu motor secepat-cepatnya meninggalkan kota Indramayu, masuk ke jalur Pantura. Berkendera di antara truk-truk besar, bus panjang, dan mobil pribadi yang melaju dengan kecepatan tinggi membuat saya harus ekstra hati-hati.
Belum lagi debu yang beterbangan masuk ke mata, hidung, mulut dan lain sebagainya. Konsentrasi harus tetap saya jaga agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan.
Setelah mampir makan malam di Pamanukan, saya memutuskan untuk bermalam di situ. Saya tidak ingin memaksakan perjalanan malam hari. Selain masih jauh untuk pulang Jakarta, perjalanan malam dengan kondisi jalan dipenuhi truk dan bus besar, membuat saya ragu.
Kembali lagi ke mbah google untuk mencari penginapan. Ternyata tidak sulit untuk menemukan penginapan murah di daerah Pamanukan.
Hotel Panorama di pinggir jalan Pantura, daerah Pamanukan, jadi opsi untuk mengakhiri solo touring Jakarta – Kuningan hari ini.
Hotel Panorama menawarkan penginapanan dengan aneka macam harga, dari kelas yang paling murah yakni Rp.85.000 hingga 200 ribuan. Demi menghemat pengeluaran, saya memilih kamar dengan harga sewa Rp.100.000.
Kamarnya cukup luas dan bersih. Fasilitasnya pun cukup lengkap: mulai dari TV, meja, tempat tidur, sofa, kipas angin besar banget, hingga kamar mandi dalam.
Sangat oke buat rebahkan tubuh ini setelah perjalanan jauh sepanjang hari ini. Motor saya langsung bawa dan parkir persis di depan pintu hotel.
Oh ya, kalau takut motormu kenapa-kenapa bisa juga dibawa masuk ke kamar. Perkiraan saya luas kamar masih muat, bahkan untuk dua motor. Solo Touring Jakarta – Kuningan Hari Ke-3 ada di sini.
[Solo Touring Jakarta – Kuningan Hari Ke-1]
Views: 45