Touring Jakarta – Jogjakarta, Satuetnda.com – Ini tentang perjalanan akhir tahun 2019, yang kami semat sebagai awal petualangan tahun 2020. Petualangan bermotor ini menempuh jarak Jakarta – Yogyakarta. Pergi via jalur utara, pulang via jalur selatan. Jarak tempuh sekitar 1.200 kilometer.
Meninggalkan Jakarta saat subuh merupakan awal petualangan bermotor yang menyenangkan. Sebab, tatkala ibukota mulai berdenyut, kami sudah berada di luar jalan-jalan utama kota. Sekarang tinggal menikmati pemandangan di sepanjang jalur Pantura.
Inilah jalan yang disebut sebagai Jalan Nasional Rute 1. Secara keseluruhan, jalur Pantura melintasi 5 provinsi, dengan jarak tempuh 1.316 km; titik mula ada di Ketapang, Jawa Timur dan berakhir di Merak, Banten.
Mentari pagi yang biasa terhalang tembok kamar kos, kini terpampang jelas di depan mata, seakan mengucapkan selamat datang. Ya, selamat datang tuan terang. Smoga hari kita penuh biru, petualangan kita penuh seru.
Teman touring motor matic
Adriano Timor, begitu ia menamai diri di akun media sosial seperti facebook, juga channel youtube miliknya. Dia adalah teman kuliah saya dulu. Kami sempat berpisah karena ia melanjutkan studi di Filipina, namun akhirnya kami kembali bersahabat setelah ia kembali.
Bersamanya kami mencoba menaklukan jalur Pantura. Saya sudah tiga kali melintas di jalur ini. Sementara dia, baru pertama kali. Meski demikian vespa primavera tunggangannya tak kalah cepat melahap kilometer demi kilometer sejak kami meninggalkan Jakarta.
Masuk kota Cirebon, mendung menggantung berat di ujung langit. Tampaknya sebentar lagi mengguyur. Dan benar saja. Saat kami rehat makan siang, hujan pun turun.
Selepas itu, kami coba menembus kota wali yang padat sehabis hujan untuk mencari beberapa keperluan di pusat kota lalu kembali melipir ke pinggiran kota.
Dan kala sore menjelang, kami sudah mengarah ke Kuningan. Hujan sudah reda ketika kami melintasi sawah yang terbentang luas, dengan panorama pegunungan di kejauhan.
Kembali ke alam
Ketika kami merencanakan touring ini beberapa waktu lalu, kami sepakat tak mau menginap di hotel. Kami ingin mencari tempat menginap yang dekat dengan alam, atau sedapat mungkin bisa camping. Tidur kami tak boleh dibatasi lagi oleh tembok, seperti kamar sewaan di Jakarta.
Saya teringat pesan @youk_tanzil, rider yang sudah berulang kali menaklukan jalan trans papua, dalam sebuah event komunitas motor.
Katanya, kalau touring tapi masih tidur di hotel atau di pom bensin, apa gunanya? Tidurlah di alam terbuka, dekatlah dengan alam. Indonesia ini idah. Cobalah untuk menikmati sore kala matahari terbenam atau pagi kala matahari terbit.
Kebetulan saya tahu sebuah penginapan alam dekat kaki gunung Ciremai. Gua Maria Sawer Rahmat Cisantana. Gua Maria ini menyediakan tempat menginap gratis untuk peziarah. Saya sudah beberapa kali menginap di sana ketika touring.
Tapi sebelum ke sana kami mengunjungi Sukageuri View, sebuah lokasi foto panggung buatan dekat basecamp palutungan untuk pendakian gunung Ciremai.
Saya mendaki gunung ciremai tahun 2017. Kala itu saya datang bareng teman-teman Satutenda.com. Itu permulaan saya kembali aktif di dunia pendakian gunung, setelah rehat hampir 9 tahun. Dan kegiatan mendaki gunung itu masih berlanjut hingga sekarang.
Walau berkali-kali dibilang punya hobi kok cari yang susah-sudah dan penuh resiko, tapi mendaki gunung sudah membuat saya kadung jatuh cinta. Pergi ke gunung dan menikmati sepinya terasa sangat menyenangkan ketimbang berdiam diri di kota, dan mencoba sepi di antara bising kota.
Usai foto-foto, kami langsung ke gua maria cisantana untuk istirahat malam, sekaligus mengakhiri touring Jakarta – Jogjakarta untuk hari pertama ini.
Salam meliuk…
Views: 272