Satutenda.com – Berdirinya Touring Motor Indonesia – TMI dilandasi oleh keinginan untuk bercerita atau berbagi pengalaman bertualang dengan motor.
Jadi, Juli – Agustus 2020, Saya, Steve Elu, melakukan petualangan dengan motor ke pulau Sumatera. Dalam perjalanan tersebut, saya bernaung di bawah Komunitas Satutenda, sebuah komunitas kecil yang mulai aktivitas outdoor di gunung, lalu perlahan menjajal dunia motor.
Ketika awal mempersiapkan petualangan Sumatera, saya banyak terbantu dengan informasi dan kawan-kawan di Komunitas Touring Indonesia (KTI). Waktu sudah pulang, sesekali saya berbagi cerita juga di sana.
Namun, saya sadar. Tidak mungkin tiap saat atau tiap hari saya berbagi cerita di sana. Kawan-kawan lain juga butuh informasi dari overlander lain. Padahal, kami merasa ada banyak cerita yang harus kami bagikan, setelah kembali dari Sumatera. Seperti biasa, kami tidak ingin kisah perjalanan tersebut kami simpan hanya untuk diri sendiri.
Maka, munculah ide untuk membuat grup Facebook sebagai tempat kami membagikan cerita, foto dan lain-lain. Grup yang baru didirikan itu, kami namakan Touring Motor Indonesia, berada di bawah naungan Komunitas Satutenda. Sembari itu, kami mempersiapkan perjalanan ke Sulawesi.
Di tengah perjalanan Sulawesi 360, sesekali saya berbagi cerita di sana. Foto-foto pun saya posting secara acak. Boleh dibilang, grup tersebut tidak kami urus secara serius.
Hal ini berlanjut, saat kami memulai perjalanan ke Indonesia timur bawah. Seperti biasa, cerita dan foto yang kami peroleh di awal perjalanan Touring Jakarta – Nusa Tenggara (PP), sesekali kami unggah di TMI. Sebagian masih saya unggah di KTI.
Saat kami memasuki wilayah Flores, kami mendapat kabar dari adik di Jakarta, kalau grup Touring Motor Indonesia banyak diminati. Sehari permintaan untuk bergabung ke grup mencapai tiga ribu.
Maka, meski masih sibuk di jalan, kami berbagi waktu untuk mengatur grup TMI ini. Puncaknya, saat kami sedang berada di Oepoli, sebuah daerah perbatasan RI – Timor Leste. Tiba-tiba ada seseorang, masuk ke grup lalu menggungah gambar-gambar tidak senonoh.
Teman-teman di grup berkali-kali menelpon saya untuk menangani masalah ini. Kami sempat dibuat pusing karena susah sekali mencari sinyal di daerah perbatasan. Peristiwa itu datang sebagai alarm bahwa TMI harus kami kelola dengan lebih baik.
Maka, sekembalinya dari touring Indonesia timur bawah, kami mencoba mengelola TMI dengan lebih serius dan sedikit profesional. Sedikit langkah maju lain yang coba kami garap adalah membawa tongkrongan media sosial itu ke dunia nyata. Jadilah beberapa admin yang untuk mengkoordinir sobat-sobat TMI di sejumlah daerah.
Semoga kita terus berkembang secara pribadi dan bersaudara karena sehobi.
Namun, sejauh ini kami tidak berniat untuk membawa TMI sebagai komunitas yang terikat. Ia hanya sebagai wadah, tempat para pencinta roda dua berkumpul dan berbagi cerita. Karena itu, kami tidak menerapkan registrasi keanggotaan.
Setiap orang bebas untuk bergabung ke TMI. Ia juga bebas untuk menentukan, apakah mau tetap di TMI atau pergi. Merchandise TMI, saat ini berupa kaos, hoodie/sweater, dan stiker, dimiliki oleh siapa saja yang berminat.
Logo yang Anda lihat sekarang, dan juga menjadi tanda pengenal pada kaos, hoodie, dan stiker TMI adalah persembahan dari seorang kawan baik, Bang Obot, dari Bandung. Terima kasih sodara.
Dan kami sangat berharap agar kawan-kawan yang sudah memiliki merchandise TMI dapat menggunakannya secara bertanggung jawab. Selebihnya, kita adalah saudara. Kita adalah petualang yang senang bercerita dan gemar bersahabat.
Salam Sobat TMI.
Views: 194