Kami Menamainya PARINSEJA

Kami menamainya Parinseja
Foto: Satutenda.com

Satutenda.com – Petualangan ke Nusa Tenggara Timur dimulai dengan mengganti motor. #Satutenda beralih dari motor matic ke motor kopling. New Mega Pro 2014. Lantas, kami menamainya PARINSEJA.

Kalau kawan-kawan menonton dengan teliti di video atau unggahan IG Satutenda, motor yang kami pakai untuk petualangan di Sumatera dan Sulawesi, selalu saya sebut “Si Soul”.

Nama itu kami ambil dari merk motor yang kami gunakan, yakni Soul GT 125, dari perusahaan motor ternama Indonesia, Yamaha.

Kebiasaan memberi nama pada motor tersebut, masih kami pertahankan ke motor New Mega Pro 2014 ini. Motor tersebut kami namai Parinseja.

BACA: Cerita Lengkap Kegiatan Sosial Satutenda Masuk Kick Andy Show MetroTV

Parinseja adalah sebuah cerita rakyat (mitologi) dari tanah Timor. Cerita tersebut dituturkan secara turun-temurun dalam suku Kaesmetan; suku asal mama saya. Suku ini masih punya pertalian erat dengan orang Oeccuse – Timor Leste, yang mayoritas hidup di pesisir utara Pulau Timor.

Cerita tersebut mengisahkan tentang seorang anak yang kelahirannya tidak diterima sang ayah dalam rumah, karena ia anak perempuan. Ibunya yang berjuang mati-matian agar ia tetap hidup dengan menyembunyikannya di atas pohon.

Touring motor #satutenda
Design: Satutenda.com

Ide besar di balik cerita rakyat tersebut, tafsir kami, mengisahkan tentang cengkeraman budaya patriarki yang begitu kuat. Dan praktik-praktik seperti ini masih langgeng hingga hari ini, dengan macam-macam variannya.

Motor New Mega Pro ini akan membawa petualangan #satutenda ke tanah Timor. Maka kami pikir, sebaiknya kami menamainya Parinseja. Ia perlu menyandang nama itu. Supaya ia tangguh dan tabah untuk tiba di tempat ia mengambil nama itu.

BACA: Peduli Pada Anak Pejuang Kanker, Komunitas Satutenda Kembali Galang Dana

Kami pikir ia akan jadi motor pertama yang menempuh perjalanan darat hingga ke serpihan kecil dari bola bumi, di mana cerita Parinseja lahir dan berkembang.

Tetap kuat Parinseja. Tangguhlah seperti Parinseja dan ibunya. Yang memilih bertahan kendati digempur relasi kuasa yang lebih besar. Tetaplah kuat menantang hari. Juga praktik-praktik budaya yang tak lagi sesuai dengan kebutuhan zaman.

Views: 53