Senja di Pantai Cirewang, Satutenda.com – Solo touring Jakarta – Kuningan hari ketiga, sekaligus hari terakhir saya awali dari Pamanukan. Daripada langsung pulang Jakarta, saya ingin mampir ke salah satu tempat wisata yang menurut saya menarik.
Setelah mencari referensi tentang sejumlah tempat wisata di sekitar Pamanukan, saya memutuskan untuk singgah di Pantai Cirewang. Katanya, senja di Pantai Cirewang ini sangat indah.
Meski tidak tahu sama sekali lokasi wisata di Pamanukan ini, saya tetap ingin ke sana. Kembali lagi, google map jadi andalan saya. Tertera di layar handphone, jarak dari tepi jalan raya Pantura ke Pantai Cirewang Indah sekitar 14 km.
Setelah mengecek kondisi motor dan memastikan semua barang bawaan aman, saya gas ke arah Pantai Cirewang di Kabupaten Subang ini. Tak lupa saya mampir beli sarapan dan mengisi bensin karena saya nggak tahu kalau sudah semakin ke dalam perkampungan apakah ada penjual bensin.
Mungkin ada penjual bensin. Hanya saja, saya kan pakainya pertamax; setahu saya tidak banyak penjual eceran yang menyediakan pertamax.
Kondisi jalan ke Pantai Cirewang
Jalan yang saya lintasi kebanyakan melewati daerah persawahan. Kalaupun ada perkampungan sudah pasti perkampungan itu pun dikelilingi sawah. Dan, sawah-sawah ini sudah habis panen sehingga tampak tak ada aktivitas di sana.
Semakin ke dalam areal sawah mulai tergantikan dengan hutan bakau. Bau air laut kian tercium, sangat kuat malah, ketika motor mio soul GT yang saya kenderai memasuki hamparan hutan bakau. Setengah perjalanan ini menyusuri saluran kecil, yang saya pikir adalah penampungan air dari rawa.
Kondisi jalanan menuju kampung Cirewang ini belum beraspal, hanya tanah dan sebagian lagi berbatu. Kalau hujan sudah pasti sangat becek dan licin.
BACA: 5 Kemudahan Mendaki Gunung Sindoro via Alang-alang Sewu. Cocok Buat Pemula
Tak lama kemudian, tampak sebuah kampung di ujung jalan. Tepat di sisi kiri saya ada sebuah rumah kecil yang bertuliskan “Tiket Masuk Rp.5.000”.
Tiba di perkampungan, saya bertanya kepada penduduk sekitar tentang Pantai Cirewang. Kata mereka, kalau mau ke sana harus menggunakan perahu. Saya sedikit kaget karena sebelumnya saya tidak tahu kalau ke sana harus menggunakan perahu.
Setelah saya diberitahu ongkos perahu, per orang Rp.15.000 sudah termasuk antar-jemput, saya pun sepakat. Suadi, seorang warga Cirewang bersedia mengantar ke sana. Saya pun lekas berkemas untuk berangkat.
Menikmati senja di Pantai Cirewang
Menurut cerita Suadi selama perjalanan, fasilitas di Pantai Cirewang ini baru dilengkapi saat Lebaran 2019 lalu. Ketika itu, Karangtaruna bekerjasama dengan warga sekitar mulai membangun jembatan, dermaga sederhana, Mushola, dan toilet di Pantai Cirewang.
Sejak itu, banyak sekali pengunjung yang datang ke sini, terutama pada Sabtu dan Minggu. Pantai Cirewang menjadi magnet baru bagi para wisatawan lokal, yang datang dari berbagai daerah.
Siang itu, saya habiskan dengan menikmati pemandangan pesisir pantai sambil ngopi, menantikan senja di Pantai Cirewang. Apakah akan indah seperti yang saya baca?
Ternyata benar. Ketika waktu menunjukan sekitar pukul lima sore, kesan indah itu mulai terasa. Anda bisa membayangkan gulungan ombang yang berkejaran ke tepi pantai tampak kemerahan oleh sinar jingga matahari. Sangat menawan.
Kemarin saya sempat menikmati senja di Pantai Glayem, Indramayu. Tapi tak seindah senja di Pantai Cirewang ini. Senja di pantai yang sebagian besar terdiri dari pasir putih ini menghadirkan senja yang luar biasa indah.
Saya teringat keindahan senja yang pernah menemani masa kecil saya. Saya berasal dari Oepoli, sebuah kampung pesisir di ujung Kabupaten Kupang. Kini, keindahan senja masa kecil saya itu saya temukan lagi di sini.
Pulang ke Jakarta
Awalnya saya berniat untuk ngecamp di Pantai Cirewang, meski tanpa lampu. Saya sudah biasa mendaki gunung dan tak terlalu risau kalau nggak ada lampu di malam hari. Namun karena satu dan lain hal, saya memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta malam harinya.
Suadi datang menjemput saya sekitar setengah delapan malam. Tiba di perkampungan, saya langsung mengambil motor saya dan pulang ke Jakarta. Oh ya, di sini tersedia lokasi parkir yang sangat bagus buat kalian yang datang pakai motor atau mobil.
Saya sarankan untuk ke sana menggunakan motor atau mobil. Karena tidak ada akses angkutan umum atau ojek hingga ke Kampung Cirewang. Tapi kalau pas weekend dimana banyak pungunjung, saya nggak tahu.
Kembali ke jalan raya Pantura, saya harus mengenderai motor di antara truk-truk besar dan bus panjang. Meski rasanya sedikit lelah, saya tetap harus konsentrasi agar bisa tiba di Jakarta malam itu juga.
Sampai di perbatasan Cikarang dan Bekasi, saya sangat lelah dan ngantuk. Akhirnya saya mampir ke sebuah pompa bensin yang ada Indomaret untuk istirahat sebentar dan ngopi.
Untuk teman-teman yang baru belajar riding jauh seperti saya, saya sarankan agar tidak melakukan perjalanan malam. Selain berbahaya, apalagi di jalan raya Pantura, juga tidak ada pemandangan yang bisa dinikmati. Ridinglah saat siang hari agar bisa menikmati perjalanan.
Akhirnya, solo touring Jakarta – Kuningan berakhir pada pukul 2.30 WIB, ketika saya tiba di depan pintu kos saya. Sembari membawa keindahan senja di Pantai Cirewang, saya pun bisa menikmati tidur malam di Jakarta lagi.
Views: 46